Bamsoet Cigar Siap Bersaing dengan Cerutu Kuba dan Dominika

Deloo.id, Jakarta – Ketua MPR RI ke-15 sekaligus Anggota DPR RI, Bambang Soesatyo (Bamsoet), meluncurkan ‘BAMSOET CIGAR’, cerutu premium buatan tangan (handmade) 100% karya anak bangsa yang siap menggebrak pasar global.

Dalam peresmian komunitas ‘PERIKHSA Cigar Brotherhood’ di Parle Senayan, Kamis malam (30/10/2025), Bamsoet memperkenalkan cerutu istimewa berbahan tembakau pilihan petani Indonesia.

Dengan aroma khas dan cita rasa kuat, ‘BAMSOET CIGAR’ digadang menjadi pesaing berat produk legendaris seperti Cohiba (Kuba) dan Davidoff (Dominika).

“Cerutu bukan sekadar tembakau yang dibakar. Setiap tarikan cerutu adalah wujud kerja keras petani di desa, pelinting di pabrik, dan semangat bangsa yang ingin diakui dunia,” ungkap Bamsoet.

Politisi senior Partai Golkar itu menegaskan bahwa cerutu adalah simbol kebanggaan dan kemakmuran nasional.

Dengan kualitas tembakau dari Jember, Temanggung, dan Yogyakarta, Indonesia memiliki semua modal untuk menjadi kekuatan baru industri cerutu dunia.

Bamsoet menyebutkan, pasar global cerutu diperkirakan mencapai USD 56,7 miliar pada 2025, dan Indonesia berpotensi merebut sebagian besar pangsa pasar tersebut.

“Tugas kita sekarang bukan hanya menikmati aromanya, tapi memastikan kesejahteraan para petani dan pelinting tembakau meningkat,” ujarnya.

Menurutnya, tembakau lokal seperti Besuki Na-Oogst dan Voor-Oogst dari Jember sudah lama menjadi incaran pasar Eropa dan Asia Timur.

Produksi tembakau nasional mencapai 225 ribu ton pada 2022, sebagian besar berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat.

“Kalau Kuba punya Cohiba, Dominika punya Davidoff, maka Indonesia harus punya BAMSOET CIGAR! Cerutu yang lahir dari tangan anak bangsa dengan aroma dan rasa yang tidak kalah elegan,” seru Bamsoet.

Ia menambahkan, proses pembuatan ‘BAMSOET CIGAR’ memakan waktu panjang dan penuh dedikasi.

Daun tembakau dikeringkan alami hingga 45 hari, lalu difermentasi minimal dua tahun sebelum digulung oleh pelinting ahli. Semua dilakukan tanpa mesin, sepenuhnya handmade.

“Setiap batang cerutu adalah karya seni. Inilah diplomasi budaya Indonesia yang akan harum sampai ke Amerika, Eropa, hingga Timur Tengah,” ujar Bamsoet optimistis.

Dengan hadirnya PERIKHSA Cigar Brotherhood, Bamsoet ingin menjadikan cerutu bukan sekadar gaya hidup, tapi juga wadah solidaritas dan kebanggaan nasional.

“Kita tidak hanya bicara bisnis, tapi tentang bagaimana membangun bangsa dari daun tembakau,” tambahnya. (RDN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *