Deloo.id, Jakarta – Bambang Soesatyo (Bamsoet) Anggota Komisi III DPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila menyerukan pentingnya meneguhkan Pancasila di tengah arus globalisasi dan pertarungan ideologi digital.
Ia menegaskan bahwa tantangan ideologi bangsa kini bukan lagi di medan perang fisik, tetapi di dunia maya, ekonomi, dan ruang batin generasi muda.
“Menjaga Pancasila di era global tidak cukup dengan seruan moral. Nilai-nilai seperti gotong royong, keadilan sosial, dan kemanusiaan harus diwujudkan dalam aksi nyata yang dirasakan langsung oleh masyarakat,” ujar Bamsoet perayaan Hari Ulang Tahun ke-66 Pemuda Pancasila beberapa waktu lalu.
Era Baru: Ideologi Bertarung Lewat Algoritma
Ketua MPR RI ke-15 sekaligus Ketua DPR RI ke-20 ini menyoroti bahwa media sosial kini menjadi medan baru dalam perang ideologi.
Platform seperti TikTok dan X (Twitter) menjadi ajang pertarungan narasi antara kelompok nasionalis, populis, dan bahkan radikal.
“Kalau Pemuda Pancasila tidak ikut masuk ke ruang digital dengan narasi cerdas dan menyentuh, ruang itu akan direbut pihak lain. Sekarang, ideologi bertarung lewat algoritma,” tegas Bamsoet.
Ia mengajak Pemuda Pancasila untuk tidak sekadar menjadi penonton, tetapi menjadi produsen narasi kebangsaan yang relevan dengan generasi muda.
Bentuk ‘Laboratorium Narasi Digital’
Dalam pidatonya, Bamsoet mengusulkan agar Pemuda Pancasila membentuk ‘Laboratorium Narasi Digital’, wadah pelatihan kader untuk membuat konten kreatif dan edukatif di media sosial.
Program ini diharapkan melahirkan influencer nasionalis yang mengampanyekan nilai-nilai Pancasila dengan gaya kekinian.
“Pancasila jangan disampaikan dengan orasi gaya lama. Gunakan video pendek, podcast, musik, meme, bahasa yang bisa diterima Gen Z. Kita harus rebut ruang digital dengan nilai luhur bangsa,” serunya.
Tolak Politisasi, Tegakkan Good Governance
Sebagai Wakil Ketua Umum FKPPI dan Ketua Dewan Pembina Alumni Doktor Ilmu Hukum Unpad, Bamsoet juga menegaskan pentingnya menjaga integritas organisasi Pemuda Pancasila.
Ia mengingatkan agar setiap struktur, dari pusat hingga ranting, menerapkan prinsip good governance, transparansi, dan disiplin etika.
“Pemuda Pancasila lahir untuk membela kepentingan bangsa, bukan kepentingan politik sesaat. Kalau kehilangan moral, hilanglah jati diri organisasi. Pemuda Pancasila harus ada di mana-mana, tapi tidak kemana-mana,” tutup Bamsoet.
Pemuda Pancasila: Dari Jalanan ke Ruang Digital
Perayaan HUT ke-66 Pemuda Pancasila kali ini menjadi simbol perubahan arah gerakan. Dari organisasi yang dikenal kuat di lapangan, kini PP diarahkan untuk menjadi kekuatan digital, moral, dan ekonomi bangsa.
Dengan semangat baru itu, Bamsoet meyakini Pemuda Pancasila akan tetap relevan di tengah derasnya arus globalisasi dan revolusi digital. (RDN)

 
							










