Deloo.id, Jakarta – Permintaan kelapa di Tiongkok menggila. Negeri Tirai Bambu itu membutuhkan empat miliar butir kelapa per tahun, namun baru mampu memproduksi sepertiganya saja.
Menteri Transmigrasi (Mentrans) Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara bergerak cepat menawarkan kelapa asal Maluku Utara (Malut) untuk memenuhi kebutuhan pasar raksasa tersebut.
Langkah strategis itu disampaikan Iftitah usai bertemu Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia, Wang Lutong, di Kedutaan Besar China, Jakarta, Kamis (23/10/2025).
Dalam pertemuan yang berlangsung hangat, kedua pihak membahas peluang investasi, kerja sama perikanan, pertanian, hingga pengembangan SDM di wilayah transmigrasi Indonesia.
“Konsumsi kelapa di China hari ini lebih dari empat miliar butir, sementara produksi dalam negerinya baru sekitar satu miliar. Jadi ada tiga miliar butir yang masih dibutuhkan. Kami tawarkan potensi kelapa dari Maluku Utara, khususnya Halmahera Utara,” ujar Iftitah di Kantor Dubes Tiongkok, Jakarta, Kamis (23/10/2025).
Iftitah menegaskan, investor asal Tiongkok dijadwalkan berkunjung ke Maluku Utara pada akhir tahun ini untuk meninjau langsung potensi perkebunan kelapa.
Menurutnya, kawasan transmigrasi kini telah bertransformasi menjadi kawasan ekonomi transmigrasi terintegrasi, yang siap menjadi magnet investasi baru di Indonesia Timur.
Selain sektor kelapa, turut dibahas pula kerja sama pelatihan tenaga kerja (LPK). Pemerintah Tiongkok disebut telah membangun fasilitas LPK di Sofifi, Maluku Utara, dan tengah menjajaki pembangunan serupa di Papua Selatan.
“Kami juga mendorong agar pelatihan serupa dibangun di Papua Selatan. Ini penting untuk mendukung peningkatan kualitas SDM di kawasan transmigrasi,” Iftitah menuturkan.
Tiongkok juga menunjukkan minat besar pada sektor perikanan dan pertanian Indonesia. Saat ini, kerja sama perikanan sudah berjalan di Morotai, Maluku Utara, dan akan diperluas ke Papua Selatan.
Sementara itu, di sektor pertanian, investor Tiongkok akan berkunjung ke Papua Selatan pada November mendatang untuk menjajaki pengembangan sentra pangan dan investasi agroindustri.
Ia memastikan, seluruh investasi akan mendapatkan pengawalan penuh dari pemerintah pusat dan daerah.
“Kami akan membentuk Project Facilitator Office (PFO) agar semua investor yang masuk ke kawasan transmigrasi dikawal dengan baik. Para gubernur juga sangat responsif dan siap memfasilitasi,” tegasnya.
Dubes Wang Lutong menyambut positif langkah cepat Indonesia. Ia menilai kunjungan Menteri Iftitah ke China sebelumnya berhasil menarik minat besar investor untuk melirik potensi kawasan transmigrasi.
“Saya yakin kunjungan Pak Menteri sangat berhasil. Saya juga menantikan kunjungan ke Maluku Utara dan Papua Selatan untuk melihat langsung potensi luar biasa di sana,” ujar Wang.
Dengan kebutuhan kelapa yang mencapai miliaran butir, langkah Mentrans Iftitah diyakini akan membuka babak baru kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Tiongkok, sekaligus mengangkat potensi Maluku Utara ke panggung dunia. (RDN)

 
									










